January 17, 2013

Ketika Kemaksiatan Begitu Mudah

Saat ini, keberadaan maksiat dipandang sebagai sebuah tradisi yang wajar. Bahkan dianggap kebutuhan pokok oleh sekelompok orang. Walhasil, panca indera kita pun akrab dengan pelbagai bentuk kemaksiatan. Mulai dari yang kecil hingga yang serius. Padahal Islam mengajarkan, maksiat -betapa pun kecil dan remeh bentuknya- akan membawa dampak negatif bagi kehidupan pribadi pelakunya dan masyarakat. Tak hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia.

Mungkin seorang yang bermaksiat mendapatkan kesenangan saat melakukan kemaksiatan itu. Mungkin juga ia mendapatkan kenikmatan yang dirasakan ketika tengah berkubang dalam kemaksiatan tersebut. Namun, kesenangan yang dirasakannya itu hanyalah kesenangan yang menipu. Kenikmatan yang dirasakan itu tak lain adalah kenikmatan palsu. Semua itu karena pelaku maksiat tersebut hanya akan membuat murka Allah, Dzat yang telah menciptakan dirinya. Sekaligus menantang permusuhan kepada-Nya. Pelaku maksiat juga telah menyerobot sesuatu yang bukan menjadi haknya untuk dikerjakan. Sehingga, bagaimana mungkin dia bisa hidup dengan damai? Dan bagaimana jiwanya bisa tenang? Sedangkan Allah subhanahu wa ta'ala  berfirman di dalam al-Qur’an, artinya:

"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." (QS. an-Nisa: 14)