March 29, 2013

Kisah Asatidz ala Jogja

Ustadz Aris Munandar

Adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Aris Munandar. Ia diberi perhatian lebih dalam ilmu-ilmu ushul dan metode manhaj beragama. Sepertinya dari tingkat SMA ia sudah sangat menguasai pokok keilmuan Islam, terlebih bahasa Arab. Ketika masih duduk di SMA saja sudah berguru kepada para ulama di daerahnya, salah satunya adalah alumni terbaik Pesantren Tremes di zamannya. Di tingkat kuliah ia sudah matang ilmu ushul keislamannya. Sehingga tidak aneh ketika seorang ustadz menyampaikan suatu isi kitab, ia mampu membetulkan ucapan ustadz tersebut. Kuliah di UIN ia selesaikan dengan baik, hingga selang kemudian berlanjut menempuh jenjang S2 dengan baik pula.

Kini ia adalah Ustadzuna al-Ustadz al-Fadhil Aris Munandar, MA hafizhahullah. Sosok sang ustadz yang bersahaja dan tawadhu’. Bersama beberapa ustadz lainnya, beliau berhasil mendidik mahasiwa kuliahan umum menjadi sarjana-sarjana yang mampu mendakwahkan agamanya dengan berdasarkan ilmu yang shahih. Sehingga ia menjadi pendidik dan pencerah para remaja dan pemuda yang semangat dalam menuntut ilmu agama di Yogyakarta.

Ia hanyalah seorang pelajar sekolah menengah SMA yang sering hadir di pengajian masih berseragam putih abu-abu di sore hari selepas sekolah.



Ustadz Roy

Roy Grafika, berperawakan kurus, adalah anak yang sangat rajin mencatat isi pengajian. Ia orang yang terbina memiliki catatan lengkap dan rapi.

Bukan sekedar lulus dan menuntaskan sekolah menengah, namun disertai dengan nilai lulus dari SMA 1 Yogyakarta pun cukup bagus. Kalau tidak salah nilai matematikanya 10. Karena sangat terkesan dengan cara berislam yang ilmiah, ia tidak mengambil kursi di universitas, akan tetapi selepas SMA ia nyantri 2 tahun di sebuah pesantren di Gresik. Sewaktu di pesantren ia berhasil lulus seleksi untuk mendapatkan beasiswa S1 di bidang hadits Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Saat ini ia adalah al-Ustadz Roy Grafika, Lc, MA -semoga Allah menjaganya-, mahasiswa S3 bidang aqidah di Islamic University of Madinah.

Ustadz Firanda

Firanda hanyalah mahasiswa biasa asal Papua di Yogyakarta. Jangankan membaca kitab gundul, ia baru saja membuka-buka (baca: baru belajar) kitab bahasa Arab yang paling dasar, yaitu kitab al-Muyassar karya al-Ustadz A. Zakaria karena ada kursus Bahasa Arab Dasar (Badar) tahun 1999.

Karena lebih tertarik belajar ilmu Islam, ia memutuskan untuk keluar dari Department of Chemical Engineering Gadjah Mada University, dan pergi ke pesantren di Bantul kurang lebih 2 tahun. Dan ia pernah bercerita kalau di awal-awal nyantri, ia membaca kitab dengan keras-keras untuk dikoreksi a… i… u-nya oleh santri senior lain.

Kini ia adalah al-Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja bin ‘Abidin, Lc, MA hafizhahullah, mahasiswa doktoral bidang aqidah di Universitas Islam Madinah. S1 ia selesaikan di bidang hadits. Saya dengar selain belajar formal juga belajar non formal kepada berbagai ulama di Madinah.

Ustadz Fauzan

Fauzan hanyalah mahasiswa kost asal Cirebon, sebagaimana anak-anak kuliahan yang lain di sekitar Pogung, utara kampus UGM. Namun ia memiliki ketekunan dan perhatian lebih untuk sambil belajar ilmu alat beragama, termasuk bahasa Arab. Selain itu ia juga sangat perhatian dengan regenerasi keilmuwan beragama pada generasi penerus. Hingga di salah salah satu bukunya ia tuliskan “selesaikan kuliah dulu”. Hingga ia dan kawan-kawannya merintis pesantren mahasiswa. Agar selain menguasai ilmu teknik, kedokteran, ekonomi, dan lainnya, kelak sudah menjadi sarjana juga menguasai bahasa Arab, fiqh dan ushul fiqh (YPIA dan Ma’had al-Ilmi). Setelah berhasil meraih gelar ST di bidang Teknik Kimia, ia berhasil mendapatkan beasiswa S1 di Universitas Islam Madinah, bahkan berhasil sampai ke jenjang Master di bidang agama.

Ia sekarang adalah seorang yang bernama al-Ustadz Fauzan bin ‘Abdullah, ST, Lc, MA -semoga Allah menjaganya-. Saya tidak tahu apakah berlanjut ke doktoral saat ini. Tapi yang jelas beliau juga seorang wirausahawan yang trampil dan cekat mencari peluang.

Ustadz Abu Ali

Adalah Noor Ahmad. Sewaktu mahasiswa hanyalah tipikal mahasiswa pada umumnya. Waktu itu kebanyakan mahasiswa sangat jarang interest dengan belajar pada keilmuan klasik. Biasanya kalau sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab atau lanjutan akan kesulitan membagi waktu untuk sinau dan belajar.

Kini ia adalah Ustadz Noor Ahmad Setiawan, Ph.D hafizhahullah. Meski ia seorang doktor bidang Elektro, tetapi ia mampu menguasai tingkat lebih lanjut, semacam ushul aqidah, musthalah hadits, ushul fiqh, dan lain-lain. Sehingga selain jadi dosen di Jurusan Elektro UGM, ia juga bisa mendidik generasi mahasiswa untuk menguasai ilmu-ilmu ini. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjaganya.

Maka janganlah berputus asa hanya karena sedikit rintangan dalam perjalanan belajarmu. Seorang itu mendapatkan sesuai apa yang ia usahakan, dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan apa yang ia cita-citakan…

Dari blog Akh Erlan Iskandar: Abu Faiz.